Menyibak Tren Kesendirian di Jepang

Ilustrasi. (Foto: AFP PHOTO / BEHROUZ MEHRI)
Jakarta, Aktivitas perjalanan tunggal atau solo traveling, belum lama ini menjadi primadona baru bagi para wisatawan baik nusantara maupun mancanegara.
Berbagai 'alibi' pun dibuat untuk membuat kegiatan ini layak dilakoni oleh siapapun, khususnya wanita. Salah satu alasan terkuat untuk membujuk orang untuk melakukan solo traveling adalah me time atau menghabiskan waktu berkualitas hanya dengan diri sendiri.
Rupanya kegiatan ini sudah lama dilakoni oleh publik Jepang, bahkan penduduk di Negeri Sakura itu memiliki istilah unik yakni ohitorisama atau sebuah seni untuk melakukan segala kegiatan sendirian.
Mengutip AFP, seorang analis di Jepang mengatakan jika secara demografi Jepang sangat memungkinkan untuk melakukan apapun sendirian. Sehingga Jepang kerap menjadi tempat yang tepat untuk 'pemuja' me time.
"Ini (karaoke sendirian .red) adalah pengalaman yang menyenangkan. Karena bisa melepaskan stres," ujar Masaki Kitakoga.
Tak hanya karaoke saja, toko-toko yang menjual bahan makanan pun menjual paket untuk mereka yang menikmati kesendiriannya.
Seorang konsultan pemasaran senior di Jepang, Motoko Matsushita, melihat tren masyarakat yang melakukan apa-apa serba sendirian ini sebagai sebuah pasar baru yang potensial.
"Beberapa perusahaan mulai melirik pasar ini, dan mengemas sekaligus menjual beragam produk bagi mereka yang menikmati kesendiriannya, ujar Matoko.
Menurutnya sebuah survei di Jepang menunjukkan jika kaum muda lebih suka menghabiskan waktunya sendirian ketimbang bersama keluarga atau teman-temannya.
Tidak mengherankan jika 'pola' ini tak hanya berhenti di karaoke dan toko bahan makanan, ranah kuliner dan pariwisata pun tidak luput dari terpaan tren yang menganggap apapun enak jika dilakukan sendirian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar